HEALTH

Sunday, December 10, 2006

HEALTH



MENGUAK HIV-AIDS

United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) dan World Health Organization (WHO) pada Januari 2006 memprediksi sekurangnya lebih dari 25.000.000 orang meninggal dunia sejak Human Immunodeficiency Virus (HIV) dikenali pertama kali pada Desember 1981. Sampai saat ini infeksi HIV merupakan pandemi paling membunuh dalam sejarah dunia medis.

HIV merupakan retrovirus yang menyerang sel-sel vital dalam system kekebalan tubuh manusia, seperti sel helper T (terutama CD4/sel kekebalan), macrophages dan dendritic. Infeksi HIV membuat jumlah sel CD4 menurun melalui 3 (tiga) mekanisme; membunuh langsung sel yang terinfeksi, meningkatkan apoptosis dalam sel yang terinfeksi, dan membunuh sel CD4 yang terinfeksi dengan CD8 cytotoxic lymphocytes yang mengenali sel terinfeksi.
Begitu sel CD4+ menurun hingga melampaui batas minimum yang diperlukan tubuh maka kekebalan pun hilang. Penderita akan sampai pada kondisi Acquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS), suatu kondisi dimana system kekebalan menurun sehingga tubuh begitu mudah terserang infeksi-infeksi oportunis, misalnya Hepatitis C yang sangat berbahaya. Bahkan terkena bersin dari orang yang sedang flu saja bisa berdampak fatal bagi penderita AIDS.
Saat sudah kembali fit, HIV tetap ada dalam tubuh orang yang telah terinfeksi…hanya saja orang tersebut tidak lagi berada pada kondisi AIDS. Karenanya, orang dengan HIV harus lebih ekstra hati-hati menjaga kesehatannya agar tidak jatuh dalam kondisi AIDS lagi.



PENULARAN HIV
Infeksi HIV terjadi melalui transfusi darah, cairan sperma atau vagina, dan ASI. Dalam cairan-cairan tersebut HIV hadir sebagai partikel-partikel virus bebas dan virus dalam sel-sel kekebalan yang telah terinfeksi.
Terdapat tiga rute transmisi HIV… Pertama, hubungan seksual tanpa pelindung. Sexual intercourse secara anal adalah 10 kali lebih riskan dibandingkan secara vaginal. Selain itu, seks oral tanpa pelindung juga dapat menuai resiko terinfeksi apabila cairan tumpah dalam mulut yang memiliki luka. Kedua, kontak darah. Misalnya melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril, alat-alat bedah, pisau cukur yang terkontaminasi (tergores saat bercukur), sikat gigi yang terkontaminasi (gusi pun dapat mengalami pendarahan). Resiko terinfeksi melalui transfusi darah telah jauh berkurang sejak adanya screening test pada setiap kantung darah. Ketiga, penularan dari ibu ke bayi. HIV dapat tertularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Terdapat 15-30% resiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus semakin tinggi pula resikonya). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjdi melalui pemberian ASI.
Ibu mengandung yang positif terinfeksi HIV harus mengkonsumsi obat khusus selama masa kehamilan, harus melahirkan secara Caesar, dan sama sekali tidak diperbolehkan memberi ASI pada bayinya.
Kebanyakan orang baru menyadari terinfeksi setelah telanjur AIDS. Infeksi HIV lewat rute seksual rata-rata baru terlihat gejalanya setelah 10-25 tahun, sedangkan lewat rute darah bisa terlihat kurang dari 10 tahun. Saat sudah mencapai kondisi AIDS umumnya jumlah CD4 sudah kurang dari 200 (kebutuhan tubuh normal akan CD4 adalah 800-1000).


PERAWATAN
Sudah lebih dari 20 tahun penelitian dilakukan belum ada vaksin yang dapat dihasilkan untuk pencegahan HIV, dan obat untuk menyembuhkan HIV pun belum ditemukan. Meski demikian, orang dengan HIV masih berkesempatan untuk memiliki kesehatan yang lebih baik..berkat adanya obat-obatan AntiRetroViral (ARV).
Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV semakin besar pula dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh. Obat ARV bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat proses reproduksi HIV, yaitu dengan mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara.
Obat yang digunakan sedikitnya ada tiga, dan berasal sedikitnya dari dua tipe agen antiretroviral. Umumnya dua obat dari tipe nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitors (disingkat NARTIs atau NRTIs) ditambah satu obat dari tipe protease inhibitor ataupun tipe non-nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitors (NNRTI).
HIV memerlukan enzyme yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitors memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakan materi genetic virus tersebut.
Non-nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitors berfungsi mengacaukan replikasi HIV dengan cara mengikat enzim reverse transciptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.
Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah-belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecahbelahan protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.
Di negara berkembang dimana ARV tersedia, para dokter memeriksa pasien secara menyeluruh sebelum merekomendasikan waktu yang tepat untuk memulai terapi ARV. Pemeriksaan itu meliputi pengukuran viral load, melihat seberapa cepat CD4 menurun, dan kesiapan pasien. Terapi ARV tidak boleh dihentikan karena dapat membuat HIV terutama jenis HIV-1 menjadi kebal terhadap pengaruh obat-obat tersebut. Singkatnya, terapi ARV berlangsung seumur hidup setidaknya sampai ditemukan pengobatan baru yang lebih baik.
Seperti obat-obatan lainnya terapi ARV dapat menimbulkan dampak samping. Lipodystrophy, dyslipidaemia, resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular adalah sebagian diantaranya. Meski demikian banyak penderita HIV yang telah merasakan perbaikan luar biasa dalam kualitas kesehatan secara keseluruhan selama mengikuti terapi ARV. Terapi ini juga berpengaruh secara signifikan dalam pengurangan tingkat kematian yang diasosiasikan dengan HIV.
Obat ARV sangat mahal. Kebanyakan orang dengan HIV tidak mampu untuk memperoleh obat-obatan tersebut sehingga kesehatan mereka terus memburuk dan dapat berakhir dengan kematian.
Pemerintah Indonesia telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyediakan obat-obatan ARV dengan subsidi luar biasa agar masyarakat bisa dengan mudah memperolehnya dengan biaya yang terjangkau.Bahkan ada beberapa yang disubsidi sepenuhnya alias gratis.


PENTINGNYA TES HIV/AIDS
Ada dua jenis tes HIV dan semuanya bersifat rahasia. Pertama, Tes HIV Rahasia (Confidential HIV Test), dimana para tenaga medis yang menanganinya akan menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites. Kedua, tes HIV anonym (Anonymous HIV Test), yaitu dengan cara mengganti nama orang yang dites dengan sebuah nomor kode. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.
Ada sedikitnya tiga keuntungan jika sesorang mengetahui status HIVnya. Pertama, ia bisa mengetahui dengan pasti apakah statusnya negative atau positif (telah terinfeksi). Bila positif, ia dapat mengambil langkah yang diperlukan sebelum timbul gejala-gejala yang mana secara potensial akan memperpanjang hidupnya selama beberapa tahun. Ketiga, bila negative ia dapat lebih mawas diri dalam kesehariannya agar tidak ikut tertular dan dapat secara aktif mempropagandakan informasi-informasi penting tentang HIV/AIDS yang belum banyak diketahui orang lain.

HIDUP DENGAN O.D.H.A.

Apabila anda negative dan banyak beraktivitas di sekeliling Orang Dengan Hiv/Aids (ODHA), anda tetap dapat berjabat tangan, berpelukan dengan mereka, bahkan menggunakan toilet dan peralatan makan yang sama dengan mereka. Hindari kegiatan yang potensial menyebabkan infeksi, seperti menggunakan alat cukur atau sikat gigi yang bukan milik anda sendiri, melakukan hubungan seksual tanpa pelindung, atau menggunakan jarum suntik bersamaan.
ODHA rentan terkena penyakit oportunistik. Pengaruh penyakit ini pada ODHA bisa lebih parah daripada orang tanpa HIV/AIDS. Jika anda sedang menderita penyakit yang mudah menular (batuk,pilek,influenza) usahakan agar tidak tertularkan kepada ODHA, misalnya dengan memakai masker.
Bertindaklah sebagai sahabat bagi ODHA di lingkungan anda. Setiap dukungan moril sangatlah berarti bagi mereka dalam usaha memperbaiki kesehatannya. Anda dapat menemaninya berkonsultasi ke dokter, menyemangatinya saat ODHA putus asa dan malas minum obat, mengingatkan perlunya imunisasi dan lain sabagainya.
Ajaklah ODHA hidup sehat dengan makan makanan bergizi, cukup istirahat, dan olahraga teratur.